Saling berbagi lewat sebuah tulisan yang mungkin bisa membuat mudah hidup orang lain adalah sesuatu yang membuat seorang Faa merasa bahagia ^_^

Kamis, 31 Mei 2012

agama cherybelle? Whatttt????

Buat kita yang bertempat tinggal di Indonesia (khususnya) pasti sudah mengenal yang namanya girlband CherryBelle ini, dan yang terlintas di benak kita adalah Girlband yang terdiri dari 9 personel yang cantik n manis serta memiliki suara yang bagus dan bisa nyanyi sambil ngedance dengan kompak.
Tapi, apa jadinya kalo girlband yang satu ini di jadikan Tuhan oleh fans yang "terlalu sangat fanatik sekali" sama mereka?



Beberapa detik yang lalu, setelah saya simpang siur melanglang buana di dunia maya, saya membaca sebuah artikel yang  berjudul " memeluk agama Cherrybelle".
karena rasa penasaran, saya baca tuh artikel, dan dari artikel itu, saya mendapat info bahwa ada sebuah akun di twitter yang bernama agama cherrybelle. @AgamaChiBi. aku klik za langsung. masuklah aku ke dunia twitter.

benar saja apa yang telah dibahasnya di artikel itu, di akun twitter yang saya klik ini saya baca twit2 yang dia tulis nyeleneh n kamseupay baaaaangettttttzzzzz. gini ni bunyinya:

FANS SEJATI ADALAH FANS YANG BERANI MERUBAH RASA CINTA MENJADI PENGHAMBAAN KEPADA IDOLANYA SENDIRI YAITU DENGAN CARA MENGANGGAP CHERRYBELLE SEBAGAI TUHAN 
mereka menyatakan bahwa mereka adalah para twibmahayana (umat yang menuhankan para cherrybelle) dan menyatakan bahwa ada para chiter (pembenci mereka umat cherrybelle)
Yang bikin lebih kaget lagi, followersnya udah mencapai >1.500.
apa ga tambah bingung tuch????? apa ga bego????
udah tahu menyesatkan malah di ikutin?????
fans yang TERLALU SANGAT FANATIK SEKALI kayak begini harus dibasmi dari atas bumi Indonesia kita, karena hanya akan merusak mental anak muda masa depan. 
nah lo, apa pendapatmu kalo baca tulisan ini? 
(memberi waktu berfikir buat kalian........................)


dan aku cuma bisa bilang :
kalo udah begini, dunia emang bener2 bakal kiamat. . . . . .


Selasa, 29 Mei 2012

1 jam di sekolah luar biasa



kejadian yang kuceritakan di bawah ini "bukan" fiktif belaka ( kebalikan dari sinetron yang di tv2.hihihihi.) ini adalah kejadian yang benar2 dialami oleh si penulis. cek this out..... 

Ada pengalaman berbeda yang ku alami di hari senin tanggal 28 Mei 2012 kemaren. biasanya sesudah upacara senin yang rutin dilaksanakan di kampus PGSD Banjarbaru tempat ku kuliah kini, kami masuk kelas untuk kuliah, tapi dosen kami memutuskan minggu lalu adalah pertemuan terakhir untuk mata kuliah beliau. ( baik bgt kan.... jelas za baik, coz minggu depan udah minggu tenang. hihihihi. lagian emang semua materi kuliah udah habis. jadi buat apa buang2 waktu. hohoho. 

Bingung mau ngabisin waktu buat apa, kalo pulang ke rumah? ngapain? masih pagi ciiin..... ujung2nya jalan ke rumah temenku, si Winda,( Winda suka latik-latik alias dance. hihihi.). rencananya sih mau minta ajarin "latik-latik" ga karuan n ga jelas gitu. hahahaha :D. 

On the way to Winda's home, entah dapat ilham darimana, kepikiran pengen jalan2 ke sekolah luar biasa yang letaknya ga jauh dari rumahnya. sebenarnya, udah lama seh pengen kesana. tapi belum ketemu waktu yang pas. lagian seingatku, Winda juga punya temen yang ngajar disana. jadi, cucok deh. biar ga keliatan pelanga pelongo ga jelasnya kalo udah mpe disana. xixixixixixi. :D.

sampai di rumah Winda, ku utarakan niat ku untuk melamarnya. ( gdubrak .... ga nyambung deh hahhahaaa. salah. ) maksudnya, buat ngintip n nginjakin kaki di sekolah luar biasa sana. eh, dianya mau. ya udah deh. ku kumpulkan segala kekuatan lahir n batinku. aku bener2 udah ngebet n pengen ngilangin rasa penasaran yang udah lama ku pendam ini.

akhirnya, ku langkahkan kakiku ma Winda menuju TKP, selama perjalanan yang ga makan waktu itu ( karena saking deketnya) banyak pertanyaan yang ada di kepala ku. karena ini benar-benar pengalaman pertamaku.
mereka itu gimana sih?
apa za yang membuat mereka jadi berbeda?
kalo ku ketemu mereka, ku harus gimana?

belum sempat ku jawab pertanyaan-pertanyaan ku ini. ternyata ku udah nyampe di SLB, (oya, ku belum cerita, kalo temenku yang namanya Winda tau jalan belakang masuk SLB ini, n kami lewat pintu belakang ini ).

sampai disana, ku lihat beberapa anak yang asik bermain di lapangan, sedangkan aku masih terus mengikuti langkah temenku Winda, menuju kelas temannya ngajar. (deskripsi temen Winda : namanya panggilannya Mila, nama lengkapnya ribet. hohoho. dia ngajar anak tunarungu, yaitu anak yang mengalami masalah pada indera pendengarnya. di SLB ini Mila ngajar 4 orang anak).

ketika ku langkahkan kaki masuk ke dalam ruangan kelas Mila mengolah anak-anak didiknya. mereka ramah n bersahabat, kenapa ku nilai gini, coz mereka senyum2 ma aku gitu. lihat secara kasat mata ga ada hal yang berbeda dari mereka. sama kayak anak2 lainnya. tapi ku sedikit kaget ketika mereka mau bicara. coz mereka bicaranya cuma a... u.... i.... ga jelas, sulit untukku memahami apa yang mereka maksud.

dalam hatiku cuma bisa berkata.... "Ya Allah.... "

Winda temenku sepertinya, melihat kekikukan ku. Dia senyum, dan bilang ke aku. "ayo... ajak mereka bicara. pakai isyarat."
Q : gimana caranya?
Winda  senyum2. q juga ikut senyum za.

ternyata Mila datang dari arah belakang kami. katanya : " ku tunggu di depan, ga taunya nyai2 ini lewat belakang". aku n Winda cuma ketawa, melihat muka Mila yang Lucu kalo lagi "bemamai"( menggerutu). hihihihi.

melihat muka gurunya, murid2 Mila yang saat itu cuma berjumlah 3 orang, (karena yang satunya sakit) terlihat lebih cerah, mereka langsung ngajak Mila bicara dengan isyarat mereka sendiri, ternyata isyarat yang mereka berikan adalah isyarat mereka minta pulang. Sebelumnya Kmila memang sempat bilang ke kami kalau hari itu mereka ulangan, n mereka ( murid2 Mila) udah selesai ulangan, makanya kami berani masuk kelas mereka.
Sebelum pulang, Mila mengajak anak didiknya untuk duduk manis, sambil membimbing mereka berdoa. doanya ga panjang, cuma " Alhamdulillahirabil 'alamin". tapi bagiku saat itu, mereka hebat banget.
Kelas pun  bubar. Satu persatu anak didik Mila menjabat tangan Mila dan kami sambil berpamitan pulang dengan wajah yang ceria.
Setelah semua murid Mila meninggalkan kelas, Winda, Mila, n q berbincang sebentar. berikut sedikit perbincangan kami.
Q :  mereka bisa dengar?
Mila : ga... mungkin ada seh sedikit. tapi hampir ga dengar sama sekali.
Q : hah? jadi tadi waktu aku n Winda ngomong, mereka ga denger?
Mila : ga.... tapi yang ber3 tadi masih mending, ada 1 anak didikku yang lebih parah dari mereka ber3. penglihatannya juga bermasalah, bisa di bilang bukan Cuma tunarungu yang dideritanya , tapi tunanetra juga, tapi ni dia lagi sakit.
(asli, ga  habis2 rasa kagetku. yang ber3 tadi lebih mending, gimana yang 1nya lagi? dari ini juga ga henti2nya ku bersyukur sama Allah tuhanku, karena Dia udah ngasih aku 2 telinga yang normal, n masih bisa bicara normal. coz kebanyakan mereka yang tunarungu juga mengalami masalah pada bicara mereka).

Tidak sampai disini saja, penasaranku belum selesai. ku masih ingin melihat sikon di kelas lain. ku ajak n kutarik tangan Mila untuk melihat kelas lainnya. 
dia ngajak aku buat ke kelas temennya yang megang kelas tunarungu juga, hanya sedikit berbeda dari Mila, temennya mengajar anak-anak yang umurnya lebih muda dan kelihatan masih imut2. ada beberapa di antara mereka yang cantik2,senyumnya juga manis.( tapi kenapa harus mereka? sekali lagi ku bertanya dlam hati kecilku).

selain bertemu dengan anak-anak tunarungu, di SLB itu aku bertemu sama anak yang autis (nama sengaja dirahasiakan) secara "live" langsung , ( ku cuma liat lewat film, kayak film my name is khan n ocean heaven). kata Mila, dia ga bisa melakukan kontak mata dengan seksama ketika sedang bicara dengan lawan bicaranya, alias cuma sekilas aza, dan anak autis, memiliki dunia sendiri. kata Winda juga, ada satu anak autis disana yang ga takut lewat2 di tengah lapangan ketika org lagi maen voly. nah..... kalo kita kan takut, takut kena bola la, atau apa la, nah,,, kalo mereka berbeda. ga ada rasa takut itu. makanya ku bilang, mereka punya dunia sendiri.

kebetulan waktu itu, anak autis yang sedang ku perhatikan lagi ulangan, kalo anak normal kan biasanya duduk manis sambil megang pensil n menjawab soal2 yang ada di lembar kertas di hadapannya,  berbeda dengan anak normal, mereka ulangan sambil brmain-main, lari2, tapi ternyata memang begitulah cara mereka, dunia mereka.


selesai ulangan, anak autis itu pasti meninggalkan ruangannya bersama baby sitternya, biasanya, anak-anak normal yang ku jumpai ( ga kenal, baru kenal atau udah kenal) akan bersalaman satu demi satu dengan orang-orang yang ada di depan pintu keluar ruang kelas, tapi kali ini ada sedikit berbeda, ketika dia salaman sama Mila, (karena Mila ngajar disana dan dia mengenalnya), aku n Winda dilewatinya saja, padalah aku sudah menulurkan tanganku, aku hanya bisa melongo ketika melihat reaksi si anak autis itu, antara malu dan geli bercampur dibenakku, tapi tak apalah, nama nya juga anak abnormal, aku malu saja dia mungkin tidak perduli, karena seperti yg ku katakan tadi, anak autis itu punya dunia nya sendiri, winda n Mila melihat muka merahku, kami tertawa.

Pulang....

ketika melangkahkan kaki menuju pintu belakang, aku bertemu ma anak-anak yang ku tahu infonya dari Winda kalo mereka adalah tunagrahita, yaitu mereka yang memliki IQ rendah (alias dibawah 90) mereka mengalami kelambatan dalam proses berfikir, baik motorik maupu kognitif mereka,  mungkin umur mereka sama ma aku sekarang (sekitar 20-an),hal ini dilihat dari postur tubuh dan wajah yang lumayan dewasa, tapi karena mereka mengalami masalah dalam berfikir tadi, mereka harus skul disini. ketika aku melangkahkan kaki menuju pulang, ada salah satu anak dengan seragam putih biru yang ia kenakan menyapaku : " pasti kuliah di jurusan SD kan? "
q jawab : ya....
( hatiku bertanya, tau dimana?)

di jalan menuju Winda's house, aku tanya Winda, "mereka tau darimana kita kuliah di PGSD?". kata Winda " sebelum tadi dia nanya kamu, dia nanya ku dulu" aku cuma bisa bilang :pantes....
kata Winda,kebanyakan anak-anak yang tunagrahita sedikit berbeda, mereka tidak bisa diberi perhatian lebih, coz mereka akan beranggapan perhatian yang kita berikan adalah rasa suka kita ke dia. nah.... apakah ini tidak bahaya....? hehehehe, tapi jangan juga menjauhkan diri dari mereka, bersikap biasa za.... itu pesan Winda. that's a good sugestion. :)

sudah cukup rasanya ku habiskan penasaranku ini,meskipun belum semua pertanyaanku terjawab, tapi ku sudah cukup puas, tapi cukup banyak ilmu yang ku dapat hari ini. setidaknya, aku bisa menggunakan beberapa isyarat tubuh resmi yang diajari Mila ( makasih banyak ya mil..... )
bahasa insyarat yang diajarkannya seperti :
  • nama kamu siapa?
  • rumah kamu dimana?
  • selamat pagi
  • selamat siang
  • selamat sore
  • selamat malam
  • istirahat
  • pulang
  • pria
  • wanita
  • ibu
  • bapak
  • malas
  • duduk

Sedikit pengalamanku ini, ku belajar bersyukur, belajar untuk menghargai apa yang ada pada diriku, menerima segala kekurangan n kelebihanku.
Sedikit pengalamanku ini, ku belajar arti sebuah kehidupan,dan belajar menghargai kehidupan itu sendiri.
Ya Allah, tak henti-hentinya ku ucap syukur atas nikmat yang Kau beri kepadaku selama ini.


-Warna kehidupan-



Minggu, 27 Mei 2012

lirik lagu together ost dream high 2

malam ini kita akan share salah satu ost dream high 2 yang aku suka....
lagu ini dinyayikan sama JB n Jiyeon T-ara... judulnya : together
asli.... lagunya keren banget....
simak ni lagu n arti dari lagunya.....

 TOGETHER

haruharu saraganeun ge sesang sogeseo budijhineun ge himdeul ttae
sumanheun saram sogeseo keu junge han myeongppuniraneun ge neukkyeojil ttae
sarangseureon nungillo nareul barabwahjuneun ni nuneul bomyeon nan teukbyeorhada neukkyeojyeo
ttadeuthan ni pumeuro nareuranajumyeoneun on mome sangcheoga modu amureoga

When we’re together when we’re together
modeun ge kwaehnchanhajyeo apeun giyeokdeul sarajyeo
When we’re together when we’re together
nan tashi haengbokhaejyeo nado moreuge misol jiyeo

sseulsseurhami millyeool ttae kabjagi honjarago neukgil ttae keureol ttae
modeun geotdeuri nasseolko kabjagi jashini eopseojineun geu sunkane

nareul mideojumyeonseo naege yonggireul juneun ni moksorie nan tashi sesange naga
han balchag dwiie seoseo nareul jikyeobwah juneun niga itdaneun ge neomu sojunghankeol

When we’re together when we’re together
modeun ge kwaehnchanhajyeo apeun giyeokdeul sarajyeo
When we’re together when we’re together
nan tashi haengbokhaejyeo nado moreuge misol jiyeo

idaero chigeumcheoreomman
nae gyeote neoman itdamyeon
eotteon shiryeoni
wahdo ikyeo nael su isseo

When we’re together when we’re together
modeun ge kwaehnchanhajyeo apeun giyeokdeul sarajyeo
When we’re together when we’re together
nan tashi haengbokhaejyeo nado moreuge misol jiyeo

When we’re together when we’re together
modeun ge kwaehnchanhajyeo apeun giyeokdeul sarajyeo
When we’re together when we’re together
nowa isseumyon nal nowa isseumyon
nan tashi haengbokhaejyeo nado moreuge misol jiyeo

 BERSAMA


Hidup dari hari ke hari, bentrok di dunia ini - ketika hal-hal ini mendapatkan keras
Ketika Anda merasa seperti Anda hanya satu orang pun keluar dari banyak orang
Ketika saya melihat mata Anda, menatapku penuh kasih, saya merasa istimewa
Ketika Anda memegang saya dalam pelukan hangat Anda, semua bekas luka saya pada tubuh saya menyembuhkan

Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Semuanya menjadi baik-baik saja, kenangan menyakitkan hilang
Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Saya mendapatkan bahagia lagi, tanpa mengetahui, aku memakai senyum

Ketika kepahitan mencuci di atasku, ketika tiba-tiba merasa seperti aku sendirian
Pada saat ketika semuanya terasa aneh dan tiba-tiba aku tidak percaya

Suara Anda yang percaya pada saya dan memberi saya keberanian memungkinkan saya untuk pergi keluar di dunia lagi
Kenyataan bahwa Anda adalah langkah di belakang saya, selalu mengawasi saya, sangat berharga bagiku

Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Semuanya menjadi baik-baik saja, kenangan menyakitkan hilang
Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Saya mendapatkan bahagia lagi, tanpa mengetahui, aku memakai senyum

Seperti ini, hanya cara kita berada sekarang,
Jika Anda di sisiku
Apa pun kesulitan dapat terjadi
Saya bisa menang di atasnya

Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Semuanya menjadi baik-baik saja, kenangan menyakitkan hilang
Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Saya mendapatkan bahagia lagi, tanpa mengetahui, aku memakai senyum

Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Semuanya menjadi baik-baik saja, kenangan menyakitkan hilang
Saat kita bersama-sama ketika kita bersama-sama
Jika Anda dan saya, jika Anda
Saya mendapatkan bahagia lagi, tanpa mengetahui, aku memakai senyum




27 maret 2012

 Kegiatan yang udah ku lalui hari ini adalah:
  1. Ngabiskan waktu ma Endah, nemenin dia ke kondangan yang letaknya daerah bati-bati, ,untuk orang kayak q, jarang bgt liat suasana kaya daerah ini, pokoknya yang ijo2 n seger2, bener2 bikin mata q di manjakan pemandangan pegunungan... kebun sawit... kebun karet,,,, n kebun2 lainnya.... meskipun badan terasa capek karena perjalanan yang lumayan melelahkan n menegangkan. tapi pengalaman hari ini bener2 menyenangkan.n tentu aza kesempatan ini ga kami sia2kan, kami sempet2in buat foto2... ahihihihi :D 
  2. Tidak lupa, q n endah mampir ke tempat ka Tina.... kaka tingkat ku yang rumahnya deket daerah gunung kayangan sana, lupa nama gang nya, tapi kesan suasana di tempat tinggal ka Tina asri banget, sejuk, n tenang.... pokoknya bikin damai la....
  3. pulangnya, sekitar jam 4 sore, byk org yang pakai jubah n baju koko menuju arah sekumpul, baru nyadar, kalo mlm ini acara haul guru sekumpul yang ke-7.
  4. ternyata, di tengah jalan, ban kendaraan temenku endah malah kebocoran, sial deh.... 
  5. janjian ma temen satu SD yang udah lama ga ketemu buat ketemuan di taman van der vill banjarbaru, tapi malah ga jadi, gara2 waktu n sikon yang kayaknya kurang tepat, mungkin belum jodoh ketemu hari ini. ohohoho. ujung2nya keliling taman ga jelas gitu sambil liat2 orang yg ngabisin week end nya di taman idaman.
 kesimpulannya apa ya ?
hahahaa,,,. ga jelas banget catata ini. hohohoho :D

Jumat, 25 Mei 2012

lirik lagu Emilia - I'm A Big Big Girl


I'm a big big girl

In a big big world


It's not a big big thing if you leave me


But I do do feel that


I do do will miss you much


Miss you much...


I can see the first leaf falling


It's all yellow and nice


It's so very cold outside


Like the way I'm feeling inside


I'm a big big girl


In a big big world


It's not a big big thing if you leave me


But I do do feel that


I do do will miss you much


Miss you much...


Outside it's now raining


And tears are falling from my eyes


Why did it have to happen


Why did it all have to end


I'm a big big girl


In a big big world


It's not a big big thing if you leave me


But I do do feel that


I do do will miss you much


Miss you much...


I have your arms around me ooooh like fire


But when I open my eyes


You're gone...


I'm a big big girl


In a big big world


It's not a big big thing if you leave me


But I do do feel that


I do do will miss you much


Miss you much...


I'm a big big girl


In a big big world


It's not a big big thing if you leave me


But I do feel I will miss you much


Miss you much...

perkembangan Mamanda



2.2  Perkembangan mamanda
A.    Mamanda di Tengah Perkembangan Seni Modern dan Pasar
John Naisbitt dan Patricia Aburdere dalam bukunya Megatrend 2000 mengungkapkan bahwa pada abad baru ini seni semakin memasyarakat. Masa ini dikatakan era dasawarsa renaisans seni. Semakin populernya seni dalam kehidupan manusia, maka membuka peluang munculnya wawasan baru tentang kebudayaan, yang pada gilirannya juga berpengaruh pada etos kerja seniman.
Kesenian mestilah lepas dari dampak-dampak perkembangan zaman, dengan tetap meletakkannya pada poros peradaban masyarakat pendukungnya. Tradisi agama dan seni merupakan pokok peradaban yang memiliki komotmen jelas untuk menskenariokan rekadaya mental dan unsur-unsur spiritual manusia dalam menyikapi segala bentuk perkembangan zaman. Ada gerakan yang mesti dapat dikembangkan untuk mengatasi keterpurukan yang ditimbulkan oleh globalisasi dan pasar bebas.
Tantangan haruslah disikapi sebagai momentum peradaban untuk bisa lebih kreatif dan mampu keluar dari kondisi equiliberium. Dalam konsisi demikian --setidaknya di akhir abad ke 20 ini- - mamanda sebagai kesenian rakyat Banjar di Kalimantan Selatan telah menunjukkan visi-visi seperti itu, meskipun belum bisa dikatakan antisipasinya berjalan terencana, terarah, dan terpadu.
Secara jujur, mamanda telah lama melakukan go publik jika dibanding dengan khazanah seni teater – baik tradisional maupun modern – yang juga berkembang diu Kalimantan Selatan. Mungkin hanya mamanda di antara khazanah teater Kalsel yang sudah melakukan lawatan ke berbagai daerah di nusantara, bahkan ke luar negeri tanpa menghilangkan ciri peradaban yang dibawanya. Mamanda sebagai produk kebudayaan lokal di Kalimantan Selatan, yang juga mata rantai peradaban melayu di nusantara memiliki peluang sebagai model sumbu penggerak nilai-nilai yang masih relevan dalam mempertahankan budaya melayu nusantara. Meskipun mamanda mengikuti arus komoditi pasar, tetapi ia tetap mampu bertahan dalam koridor seni rakyat.
Mamanda diyakini tetap mampu berinteraksi dengan zaman modern. Multifungsi yang dimiliki mamanda tetap akan menjadi bagian dari proses penyulingan pemahaman tentang peradaban. Mamanda masih tetap menemukan fungsinya sebagai sarana penghibur masyarakat modern.

B.     Teater Tradisi Mamanda dari masa ke masa
Kalimantan Selatan adalah kondisi sosiobudaya yang memiliki potensi berkembangnya dunia kesenian yang cukup besar. Namun, perkembangan yang terjadi tidak sempat menciptakan akar budaya dalam prinsip-prinsip kesenian, sehingga akar sebuah cabang seni pun tidak terasa dapat memendam di kalangan masyarakat pendukungnya. Kondisi ini diduga disebabkan oleh tipikal budaya melayu Banjar yang bersifat terbuka dengan bentuk-bentuk budaya luar yang bersinggungan, akibatnya bentuk-bentuk yang sudah ada pun sering terpengaruh oleh bentuk-bentuk lain.
Jika diamati bentuk-bentuk teater yang pernah ada atau yang sedang berkembang di Kalimantan Selatan seperti wayang gong, wayang orang, bagongan, japin bakisah, dan lain-lain ini menunjukkan animo kreativitas terhadap teater itu pun cukup kuat. Selain sebagai ungkapan ekspresi seni, tentu saja aktivitas berteater disini haruslah diakui sebagai medium pengungkapan visi-visi kehidupan budaya yang bermuatan nasional atau lokal.
Kesejarahan masa lalu di daerah ini tidak bisa dilupakan dari bingkai tradisi berkesenian yang cukup kuat dan mapan dengan akar budaya melayu. Kreativitas masyarakat seni masa lalu dapat memberi arti positif dalam menata monumen kultural para sepuh kebudayaan Banjar masa lalu.
Konon, tradisi berteater dalam wujud kreativitas seni di daerah ini sudah muncul sejak abad kesebelas sampai sekarang dengan kondis jatu bangun. Perkembangan teknologi komunikasi juga ikut berpengaruh terhadap jatuh bangunnya seni tradisi ini. Keadaaan ini melahirkan dikotomi tingat apresiasi masyarakat terhadap kesenian daerah. Pertama, seni daerah bisa hidup bila tidak mendapatkan serangan teknologi hiburan yang menyajikan bentuk-bentuk kesenian modern. Kedua, seni daerah akan ditinggalkan ketika sarana-sarana hiburan lain mampu menjadi tambatan emosi masyarakat.
Sadar akan kondisi psikologi massa demikian, ada pula kelompok pelaku seni yang mulai mencoba merebut kembali emosi masyarakat yang sedang jenuh dengan bentuk-bentuk kesenian modern ini dengan memasukkan garapan-garapan hiburan. Maksudnya, mamanda dalam bentuk seni tradisional ini dikembangkan  dengan garapan baru yang lebih  mampu merebut keterhiburan, ketertarikan, dan keterpesonaan. Hanya saja bagi kelompok generasi muda yang memiliki kebiasaan menggarap teater modern yang tidak memiliki paham tradisi merasakan amat kesulitan mengikuti pola-pola teater mamanda ini. Kesulitan yang dirasakan adalah pelaku mamanda harus dapat menyanyikan lagu raja, tari ladon, serta menabuh musik mamanda.
Kondisi masyarakat seperti di Banjarmasin nampaknya lebih menguntungkan. Pergelaran mamanda hampir dapat disaksikan pada setiap bulan, setidak-tidaknya pada tayangan TVRI SPK Banjarmasin. Pergelaran mamanda lebih banyak diminta untuk memeriahkan pesta perkawinan. Karena itu grup mamanda sering kebanjiran order bermain.
Berbeda dengan kondisi yang ada di banjarmasin, di daerah seperti Martapura, Rantau, Kandangan, dan Barabai grup-grup mamanda di daerah-daerah tersebut dapat eksis kecuali ada pihak-pihak meminta agar mamanda dimainkan. Sekarang kondisi grup-grup mamanda yang ada di daerah – selain di Banjarmasin – sangat jarang melakukan pertunjukan. Hal ini karena masyarakat sudah mendapatkan bentuk hiburan baru seperti karaoke dan VCD yang sudah mengejala di kalangan masyarakat desa.
Lakon mamanda terasakan sekali berbeda dari masa ke masa. Kondisi ini leih banyak disebabkan oleh kondisi zaman yang selalu berubah. Namun, alhamdulillah, menurut Drs. HM. Thaha, sekarang mamanda sudah menjadi tambatan emosi sebagian masyarakat Banjar di perantauan seperti jawa, sumatra bahkan perantau Banjar yang ada di Malaysia dan Brunei Darussalam.

C.    Dari Realitas Tradisi ke Kesenian Populer
Ada tiga hal yang bisa dirujuk apabila teater Mamanda di Kalimantan Selatan ingin dilihat sebagai seni tradisi, yaitu :
a.      Mamanda merupakan bagian dari kesenian rakyat yang menyajikan sistem sosial dan sistem budaya etnik Banjar.
b.      Mamanda memiliki struktur tetap dari masa ke masa sebagai inspirasi cipta, karsa, dan rasa kesenian rakyat.
c.       Mamanda menghadirkan simbol-simbol yang berisi jagat makna dalam menata titik peradaban masyarakat etnik pendukungnya.
Ketiga material ini merupakan tonggak yang senantiasa memiliki tingkat kehadiran substansi tradisi untuk memperkuat posisi masyarakat dalam pengejawatahann jati diri.
Kuatnya budaya melayu dalam memberi warna terhadap lakon mamanda dapat dilihat dari busana, properti, dan bahasa Melayu Banjar yang digunakan. Teater Mamanda mengambil inspirasi cerita dari kisah seribu satu malam yang selalu diramu dan dibumbui dengan unsur-unsur budaya lokal dan luar seperti politik, pembangunan, ekonomi, dan sejarah.
Seiring dengan tuntutan publik yang telah meluas, mamanda juga tidak bisa mengelakkan diri dari desakan budaya masa. Sadar atau tidak, mamanda mengubah citranya dari tradisi menjadi seni tradisional populer. Dari seni yang hanya berakses di masyarakat desa menjadi seniu yang memasuki lingkungan peradaban baru, yaitu masuk dalam wilayah budaya pop. Perubahan ini hanyalah realisasi titik singgung yang sering dikhawatirkan orang tentang menyeruaknya budaya masa yang dapat menghilangkan aura seni. Bagian ini tidak perlu menjadi kekhawatiran asalkan mamanda tetap memelihara unsur-unsur struktur pentas yang elite berkenaan dengan citra dirinya sebagai kesenian etnik.

D.    Jatuh Bangun teater Mamanda
Kesenian rakyat hanya banyak mendapat sanjungan ke sanjungan atas kebolehannya dalam membawa aspek-aspek nostalgia masa lalu seperti balamut, madihin, dundam, mamanda namun sisi lain kehidupan para pelakonnya hampir rat-rata morat-marit. Belum terlalu imbang perhatian para pengayom untuk menghidupi bentuk kesenian rakyat jika dibandingkan dengan bidang lain.
Ada upaya untuk mempopulerkan kesenian mamanda di layar kaca, namun banyaknya bagian yang di-cut menyebabkan teater mamanda ini kehilangan esensinya yang khas. Warna lokalnya kelihatn amat tipis. Demikian juga ciri lawakannya menjadi kaku. Ada beberapa kesulitan yang diakui oleh pihak televisi, ketika ingin menayangkan mamanda dalam struktur yang komplit, yaitu struktur pergelaran yang terlampau memakan waktu.
Keinginan untuk melakukan tour pergelaran mamanda keliling pulau atau sekedar di beberapa kota besar di Indonesia, rencana ini juga sangat terbatas.
Ada pula fenomena yang menarik, teater mamanda dijadikan sebagai salah satu materi muatan lokal. Mamanda disadari salah satu kesenian Banjar yang layak untuk diketahui dan dihayati oleh peserta didik. Namun sebagian besar guru yang akan mengajarkan muatan lokal mamanda merasa bingung, sebab mereka pada umumnya juga jarang menyaksikan pergelaran mamanda. Kerumitan ini berkaitna dengan kondisi perhatrian terhadap seni ini yang memang juga pasang surut.
Di penghujung periode tahun 90-an sampai sekarang teater Banjarmasin mulai kelihatan bangkit. Jika dibandingkan dengan grup-grup seni pertunjukan lain seperti madihin john tralala atau grup lawak lokal lain yang tampil secara insidentil, maka mamanda tidak lagi bisa dianggap enteng. Teater Banjarmasin sudah mulai bangun menjalani titian suksesnya.

E.     Mamanda dan Konteks Sosio-Budaya
Semula teater mamanda hanya dimiliki oleh masyarakat Periuk dan Tubau di Kabupaten Tapin, Rantau. Namun dari perkembangan selanjutnya, teater tradisi ini mampu menjadi maskot seni pertunjukan rakyat di seluruh wilayah dan pelosok Kalimantan Selatan, bahkan, kesenian ini mampu berkembang ke wilayah Kalimantan Timur, Samarinda. Perkembangan ini terjadi karena diyakini mamanda telah dibawa oleh masyarakat Banjar yang ikut migrasi ke daerah-daerah tersebut.
Bahasa Banjar yang dipakai dalam pergelaran mamanda adalah bahasa kebudayaan yang tentu saja banyak menolong masyarakat untuk dapat menyerap dan memahami unsur-unsur amanat, problematik, dan konflik-konflik cerita serta humor-humor. Rekonstruksi alur yang mudah dipahami semakin memberikan kemudahan kepada masyarakat awam untuk dapat memahami ide-ide cerita yang dibawakan.
Mamanda selalu menyajikan ending kisahan yang memenangkan tokoh-tokoh heroik dan mengalahkan kelompok-kelompok antagonis. Mamanda juga selalu dapat memberikan keterhiburan penonton. Satu hal yang barangkali mamanda mudah tersosialisasikan ke hadapan penonton adalah tokoh-tokoh protagonis dan antagonis tidak memihak kepada peran-peran tertentu saja.
Kisah-kisah yang bersifat carangan atau yang disesuaikan dengan kondisi sehari-hari membuktikan bahwa kisah-kisah mamanda dapat memberikan rangsangan agar penonton masuk dan hanyut dalam rekadaya cerita masa kini.
Untuk memenuhi hajat menghibur penonton yang lebih luas dan beragam, akhirnya mamanda tidak lagi berpikir untuk kepentingan menyetir budaya sendiri ke tengah publik yang bervariasi, tetapi mamanda memiliki fungsi lain yaitu bersifat menghibur. Ini berarti pula mamanda harus mengemas unsur-unsur keterhiburan tersebut dengan menambah kualitas musik, rias dan pemain, tetarian serta kisah-kisah yang unik serta menarik.

F.     Mamanda dan Perkembangan Kultur
Kehadiran mamanda betul-betul telah mengisi bagian yang kosong dari sisi emosi penonton yang selama ini merasa tidak mempunyai pilihan dalam menanti hiburan yang bersifat lawakan. Dari sisi lain, ternyata lawakan-lawakan yang disajikan mamanda tidak terasa memberi ciri bagi perolehan kultur masyarakat Banjar.
Aspek humor yang diangkat dari wadaan ( umpatan) juga memerlukan pemeran-pemeran yang digojlok pada saat permainan. Unsur humor wadaan ini juga memberikan efek humor pada penonton. Yang sering menjadi materi wadaan adalah raut muka, pakaian, suara, ataupun predikat tubuh seperti tinggi, kurus, rendah, gemuk, dan lain-lain. Ciri-ciri ini merupakan subkultur dari kebiasaan masyarakat yang senantiasa menggunjingkan predikat tubuh manusia sebagai bagian dari materi lawakan.
Mamanda ikut membawa kultur demokratis ke dalam cerita-cerita yang dimainkan. Problematika sosial masyarakat yang dimainkan dalam kisah-kisah mamanda. Bagaimana pun mamanda haruslah dipahami sebagai idealisasi praktis sosial dan komunikasi massa yang berfungsi sebagai unsur penata aspek pergaulan masyarakat. Mereka yang menyaksikan mamanda akan mendapatkan pengetahuan praktis bahwa yang salah akan mendapatkan ganjaran dan mereka yang jujur, benar, sabar, pasti akan mendapatkan kebahagiaan.

G.    Mamanda dan Terpaan Budaya Massa
Apa yang dilakukan oleh para pelakon mamanda dewasa ini sebetulnya sadar atau tidak telah melakukan peniruan ddalam kebiasaan yang dilakukan dalam seni pop. Sejak awal tahun 1990-an, mamanda telah muncul dengan warna lain, yakni memepertimbangkan ilmu tontonan. Di sana-sini terjadi kemasan. Semua telah mengalami modifikasi dengan menghubungkan dengan ilmu tontonan.




DAFTAR PUSTAKA
Jarkasi. 2002. Mamanda Seni Pertunjukkan Banjar. Banjarmasin: PT. Grafika Wangi Kalimantan

Asal usul mamanda ^_^


Asal Usul Teater Tradisional Mamanda
A. Pengertian Mamanda
            Teater adalah susuna bentuk “seni” yang menggunakan lakon sebagai wujud ekspresinya. Dalam kazanah seni tradisional di Indonesia diketahui, bentuk teater tradisi merupakan kombinasi dari bentuk seni seperti tari, musik tetabuhan, lagu (nyanyian), dan lakon. Bentuk-bentuk teater seperti ini banyak ditemui di berbagai wilayah Indonesia; mahyong (Pontianak), randai (Sumatra Barat), mendu (Riau), komedi bangsawan (Sumatra Barat), ketoprak (Jawa), serimulat (Jawa), lenong (Betawi),  mamanda (Kal Sel),  peta puang  (Sulawesi Selatan),  dan lain-lain.
            Istilah mamanda pada teater mamanda di Kalimantan Selatan ditengarai berasal dari kata paman. Kata ini merupakan kata sapaan dalam sistem kekerabatan masyarakat Banjar, yang merujuk pada pengertian saudara laki-laki dari ayah atau ibu. Sapaan ini berlaku juga untuk orang yang dianggap sesuai dengan atau sebaya dengan ayah atau orang tua. Kata ini direkatkan dengan morfem nda sebagai sebuah sugesti kekerabatan atau keakraban dengan orang yang disapa dengan sapaan ini.
Dari proses itu terbentuklah kata pamanda, mamanda, ayahnda yang mengisyaratkan keakraban dengan kata sapaan dasar yang dirujuknya. Pamanda menjadi sapaan khas yang biasanya dipergunakan oleh Sultan ketika berdialog dengan Mangkubumi atau kepala Wajir. Wajir dan Mangkubumi adalah bagian pimpinan kerajaan yang selalu hadir pada setiap sidang kerajaan. Sistem pemerintahan yang senantiasa menjadi idealisasi dalam gambaran cerita mamanda, wajir adalah orang yang dituakan atau yang difungsikan sebagai penasihat raja atau sultan di suatu kerajaan.
Istilah mamanda menjadi lebih populer diucapkan karena kata ini tidak terikat dengan keterangan atau pertanyaan lain.
Mamanda adalah sebuah wujud komunikasi antarmanusia, manusia dengan alam dan lingkungan. Mamanda tidak sekedar kesenian yang dipelgelarkan, tetapi mamanda menggambarkan sikap dan prilaku orang dalam wujud alur kehidupan komplit. Mamanda adalah miniatur jiwa dan prilaku manusia dengan fungsi dan kedudukannya. Mamanda lebih rekat disebut teater, sebab kontekstualitasnya menyangkut komunikasi antar tokoh dalam misi-misi kehidupan masa lalu, masa kini maupun masa datang.
B. Sejarah Mamanda
            Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.
            Seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya massa pada permulaan sampai pertengahan abad 19, Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. kesenian damoeloek ini pun sedikit demi sedikit merubah gaya dan garapannya. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".
            Sebagai kota yang memiliki bandar, Banjarmasin lebih memungkinkan menjadi sentral pertukaran budaya, sehingga mamanda juga sudah mulai bergeser dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang dikenal tradisional populer. Mamanda yang berkembang di Banjarmasin nampaknya lebih mengutamakan selera pasar.
            Ini dibuktikan dengan masuknya pameran-pameran wanita, rias, dan busana pelakon yang sudah mulai glamor, ditambah pengembangan posisi humor lebih banyak dibanding yang lain pada setiap gelar-gelar mamanda. Bahkan, kegiatan mamanda yang biasanya diselenggarakan dalam durasi empat sampai enam jam sudah bisa dikemas menjadi dua sampai tiga jam. Dalam perkemabnagan terakhir, malah ada mamanda yang disajikan dalam durasi 30 menit.
            Sumber cerita mamanda yang dikembangkan di Banjarmasin tidak harus lagi mengikuti pakem cerita syair dan hikayat, sesekali pelakon sudah menyusun (carangan) cerita sendiri sesuai keperluan. Kemampuan menyusun cerita dengan menyelenggarakan tema-tema cerita dengan psiko-sosial masyarakat pasar ini membuat mamanda semakin disenangi.
C. Sumber cerita Mamanda
            Kesenian pada umumnya mempunyai sifat berkembang dan tidak bertahan dalam gaya dan garapan awal. Hal ini karen aaktivitas berkesenian adalah kreasi dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan wawasan estetika penyelenggaraan itu sendiri. Teater tradisional mamanda dipandang sebagai seni rakyat yang masih mampu bertahan dalam wujudnya semula, yakni istana dan melayu. Meskipun amat terasa perkembangan budaya modern cukup menggejala dalam dua dasa warsa terakhir, tetapi hal ini tidak mempengaruhi perkembangan garapan mamanda.
            Berdasarkan beberapa kategori inspirasi cerita yang dimanfaatkan dalam pagelaran mamanda, sumber cerita dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.        Sumber cerita yang diambil dari Hikayat, Syair, dan kisah 1001 malam.
2.        Sumber cerita yang diambil dari buku-buku roman.
3.        Sumber cerita yang diambil dari buku-buku sejarah
4.        Sumber cerita yang diambil dari cerita rakyat.
5.        Sumber cerita yang diambil dari inspirasi problematik masyarakat kemudian dituliskan dalam skenario cerita (carangan).
D. Ciri Khas Mamanda
a)        Bahasa
Kedudukan dan fungsi bahasa Banjar sebagai identitas daerah dan medium pengungkapan pergaulan masyarakat, berlaku pula untuk pengungkapan pergaulan masyarakat, berlaku pula untuk pengungkapan kesenian daerah seperti teater tradisional mamanda. Umumnya bahasa yang dipergunakan dalam teater mamanda adalah bahasa Melayu Banjar. Medium bahasa Banjar ini setidak-tidaknya telah mampu membawa nilai rasa sistem sosial dan sistem budaya masyarakat Banjar sebagai pendukung teater mamanda. Dengan penggunaan bahasa Melayu Banjar ini, pelakon mamanda lebih mudah memahami dan mengungkapkan humor dan unsur-unsur budaya dalam kisahan mamanda yang dibawakan.
Seiring dengan perkembangan zaman, pelakon mamanda juga turut menyadari bahwa kondisi penonton mamanda tidak hanya terdiri orang-orang penutur bahasa Banjar, tetapi masih banyak terdapat penuturan bahasa lain seperti Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Batak, Minang, dan sebagainya, yang sebelumnya masih menggunakan bahasa ibu mereka masing-masing. Keragaman penonton ini menyadarkan para pelakon mamanda untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam logat Banjar atau menggunakan bahasa Banjar dengan campuran bahasa Indonesia.

b)        Simbolisasi
Mamanda sebagai sebuah bentuk kesenian rakyat tidak hanya menyajikan ekspresi yang bersifat laudens (permainan), tetapi juga menghantarkan simbol-simbol kehidupan manusia dalam simulasi makhluk yang berbudaya. Dalam permainan mamanda telah direkontruksi rasa dan idealisme yang berisi wawasan batin dan wawasan perilaku orang perorang, baik sebagai rakyat biasa maupun sebagai kelompok penguasa.
Simbol-simbol yang tersaji dalam mamanda memberi rangsangan terhadap pengalaman imajinatif terhadap kisah-kisah yang dibawakan. Disinilah mamanda lebih sesuai disebut sebagai seni tradisi, sebab beberapa simbolnya selalu dikaitkan dengan komunikasi budaya.
Simbolisasi lain, yang menyaran pada rekadaya kemanusiaan adalah hadirnya unsur-unsur properti seperti meja, tongkat pendek, lawangan basar (pintu gerbang) yang menyaran pada aspek pemerintahan dan kekuasaan.
Rekadaya normatif simbol-simbol mamanda tersebut telah membangun pengalaman konkrit yang bersifat ideal dan metafisik.
Simbol-simbol lain yang juga bisa saja hadir dalam kisah-kisah mamanda tergantung pada keperluan cerita.
Simbol dalam teater tradisional mamanda nampak bersifat multiinterpretabel. Setiap fungsi simbol tersebut memiliki substansi penalaran sendiri yang bersifat etika dan moral, bahkan ideologis.



c)        Humor
Secara hirarki munculnya humor dalam sistem budaya masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan adalah dari peristiwa bacupatian (main tebak-tebakan) dalam bentuk bahasa verbal. Dari peristiwa ini memunculkan permainan lain yaitu mahalabio. Peristiwa ini memunculkan lagi kebiasaan menyampaikan cerita-cerita lucu yang disebut balucuan. Balucuan adalah bercerita atau bertingkah laku lucu sehingga menimbulkan rasa terhibur dan tertawa. Semua peristiwa ini dapat dikatagorikan humor.
Ideasi teater mamanda melakukan perubahan dengan mencoba menggarap hal-hal ya berisi humor, termasuk upaya memasukkan lagu-lagu dangdut di sela-sela pergelaran mamanda. Modus seperti ini ternyata cukup efektif untuk menambah kembali emosi penonton terhadap teater tradisional mamanda.
Humor-humor yang biasanya disajikan dalam pagelaran mamanda dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·           Humor bahasa
·           Humor tngkah laku
·           Humor pergunjingan
·           Humor pornografi

d)       Estetika Mamanda
Teater tradisional mamanda adalah sebuah model interaksi manusia dengan segala kedudukan dan fungsinya serta dikemas dalam justifikasi ekspresi tari, lagu, dan tetabuhan, simbol yang disimbiosekan dengan nilai kearifan lokal (Kultur Banjar).
Estetika lain dari gambaran teater tradisional mamanda adalah struktur yang bergerak mengikuti alur cerita yang bermula dari ladon, sidang kerajaan, jalan cerita, dan babujukan (antiklimaks).
Pola estetika mamanda seperti ini tentu berbeda dengan bentuk-bentuk dan estetika teater modern yang sering menyajikan sesuatu yang absurd, illogical. Hal ini karena teater moderen hadir dan dihubungkan dengan tingkat berpikir audiens penonton yang lebih bebas sesuai dengan tingkat pemahaman mereka terhadap problematik kehidupan zaman moderen.

E. Mamanda : sebuah Model Interaksi Sosial
     Mamanda disadari lahir dari kebutuhan emosi kolektif masyarakat Banjar masa lalu. Teater tradisional ini dapat bertahan sampai sekarang merupakan bukti bahwa kesenian ini mendapat perhatian dan partisipasi aktif masyarakat. Mamanda menjadi salah satu tambatan hati masyarakat Banjar yang dikenal sebagai bagian dari rumpun Melayu. Ada kesamaan emosi antara nuansa budaya Banjar yang direkadaya dalam teater mamanda dengan budaya Melayu Banjar di Kalimantan Selatan.
     Peran mamanda dalam sepak terjangnya yang ditata sedemikian rupa, sesungguhnya merupakan sebuah model interaksi dengan kesenian lain, yang secara analog juga merupakan model interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan.

F. Mamanda: di Belantika Teater Kalimantan Selatan
     Mamanda mestilah dibagun dari titik perjuangan yang memang sulit. Tidak semua teater tradisi yang dimiliki oleh masyarakat lain di nusantara bisa lebih dikenal di Indonesia. Hal ini tergantung pada jam terbang teater tesebut untuk bisa dikenal di tengah masyarakat umum. Ini termasuk pula kemampuan publikasi siaran televisi dan kesediaan mereka untuk menampilkan teater itu kepada penonton dengan jangkauan yang lebih luas.
     Perjalanan teater tradisi mamanda yang mampu melampaui popularitas teater moderen di Kalimantan Selatan adalah sebuah perjuangan meraih kebebesan dari bentuk-bentuk statis yang mengurung dirinya sendiri. Sekiranya teater mamanda tidak melakukan retropeksi pada masa-masa lalu.
     Teater di Kalimantan Selatan nampaknya belum bisa membebaskan ketergantungannya dengan Disbudpar atau juga Taman Budaya.
     Dalam hal teknis penyajian, teater mamanda sudah mencoba melepaskan diri dari sikap pengucapan tradisi mengikat. Mereka lebih cepat melakukan perubahan dan adaptasi. Bukan hanya visi pelakon yang berubah sesuai dengan tuntutan zaman berkenaan dengan bentuk dan format teater tradisi mamanda, tetapi juga menyangkut penonton yang mereka hadapi.

     Pengucapan-pengucapan teater tradisional mamanda dalam beberapa konsep pergelaran nampaknya memang lebih bebas dibanding dengan teater moderen di Kalimantan Selatan.
     Kredibilitas lain yang juga mesti dicatat di sini adalah jam terbang yang sudah diperoleh teater ini. Teater mamanda sudah melakukan eksebisi tidak hanya di lingkup daerah tetapi juga tampil di berbagai daerah di Indonesi


DAFTAR PUSTAKA
Jarkasi. 2002. Mamanda Seni Pertunjukkan Banjar. Banjarmasin: PT. Grafika Wangi Kalimantan