Di masa remaja Syam (panggilan
akrab Syamsu Nazarul Adam) harus menerima kenyataan pahit perceraian kedua
orangtuanya, sehingga membawanya nekat untuk pergi dari tanah kelahirannya dan
mengembara ke kalimantan. Sangat disayangkan, di Kalimantan Syam malah menjadi
penjahat kelas kakap incaran para polisi. Namun, di tengah perjalanan kelamnya
itu ia bertemu dengan seorang pengembara bernama Alamsyah yang menyarankannya
untuk mencari pesantren bernama Raudhatus Sama’ dan justru membawa perubahan
besar dalam hidupnya.
5 tahun berlalu, Syam menjadi sosok
yang sangat berbeda dengan Syam ‘sebelum’nya, ia rajin melaksanakan ibadah,
menjadi sosok yang disayang Kiai, para ustadz, dan sahabat. Salwa (anak ustadz
Zaid) dan Lula (murid Syam mengaji yang tunasusila) jatuh cinta kepadanya,
kisah cintanya ini justru membawa konflik dalam kehidupannya. Syam
diberhentikan secara tidak hormat sekaligus diusir dari pesantren dan
Kalimantan karena dituduh berzina dengan Lula. Setiap ujian pasti ada
hikmahnya. Berbagai rentetan konflik yang telah dihadapi Syam menjadikannya
pribadi yang matang, tegar, tabah, dan ikhlas dalam meniti kehidupannya. Hal
ini membuat Syam dikagumi oleh orang-orang mengenalnya dan berbuah manis dalam
kehidupan Syam berikutnya. Salah satunya, ia mendapat seorang bidadari cantik
bernama Yunita (adik sahabat seperjuangannya Isack) sebagai istrinya di dunia
akhirat.
Novel hasil goresan pena Randu
Alamsyah ini banyak memberikan kejutan tak terduga di setiap halamannya, kata
demi kata yang tersusun rapi dan terangkai indah mampu menyedot mata para
pembacanya untuk tidak berhenti membaca. Kota yang dikenal agamis dengan
berbagai kegiatan agamanya menjadi latar belakang yang sangat mendukung
perjalanan Syamsu Nazarul Adam (tokoh utama novel ini) dalam pencarian jati
dirinya di tanah jazirah cinta Kalimantan Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar